Widget by tips dan trik blogspot
Om Swastiastu, selamat datang di Puskesmas Bangli Utara,situs ini bukan situs resmi Puskesmas Bangli Utara,situs ini dibuat hanya sebagai media informasi dan komunikasi, isi dan materi dalam situs ini diluar tanggung jawab Kepala Puskesmas Bangli Utara, terima kasih, Om shanti shanti shanti om

Senin, 24 September 2012

Riset Saintifikasi Jamu


Riset Saintifikasi Jamu 

 

Obat tradisional/jamu telah berkembang secara luas di banyak negara dan semakin populer. Di beberapa negara berkembang, obat tradisional bahkan telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama. Negara-negara maju yang sistem pelayanan kesehatannya didominasi pengobatan konvensional pun kini menerima pengobatan tradisional, walaupun mereka menyebutnya dengan pengobatan komplementer/alternatif (complementary and alternative medicine), misalnya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Di Asia, negara yang banyak menggunakan obat tradisional adalah Cina, Korea, India, dan termasuk Indonesia.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan bahwa 50% penduduk Indonesia menggunakan jamu baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan karena sakit. Data Riskesdas ini menunjukkan bahwa, jamu sebagai bagian dari pengobatan tradisional, telah diterima oleh masyarakat Indonesia.
Meskipun pengobatan tradisional, termasuk jamu, sudah banyak digunakan oleh tenaga kesehatan profesional maupun battra, namun banyak tenaga profesional kesehatan yang mempertanyakan pengobatan tradisional (jamu) dalam pelayanan kesehatan formal. Hal ini bisa dimengerti, karena sesuai dengan Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dokter/dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan harus memenuhi standar pelayanan medis, yang pada prinsipnya harus memenuhi kaidah praktik kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine). Di pihak lain, bukti-bukti ilmiah tentang mutu, keamanan dan manfaat pengobatan tradisional (jamu) dinilai belum adekuat untuk dapat dipraktikkan pada pelayanan kesehatan formal. Dengan kata lain, pengobatan tradisional (jamu) masih memerlukan bukti ilmiah yang cukup untuk dapat digunakan oleh tenaga profesional kesehatan.
Dalam rangka menyediakan bukti ilmiah terkait mutu, keamanan, dan manfaat obat tradisional (jamu), maka Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI, telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010 tentang Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.2 Salah satu tujuannya adalah memberikan landasan ilmiah (evidenced based) penggunaan jamu secara empirik melalui penelitian berbasis pelayanan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, dalam hal ini klinik pelayanan jamu/dokter praktik jamu. Untuk menjalankan Saintifikasi Jamu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010, maka telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1334 Tahun 2010 tentang Komisi Nasional Saintifikasi Jamu, yang salah satu tugasnya adalah menyusun pedoman metodologi penelitian jamu

SUMBER : http://www.litbang.depkes.go.id/riset-jamu

2 komentar:

Perlu diingat bahwa ramuan jamu saintifikasi adalah sudah teruji secara mikrobiologi dan kimia tentang kandungan senyawa aktifnya serta teruji khasiatnya pada hewan coba dan yang terpenting bahwa tanaman obat yang dipakai adalah tanaman obat yang sudah dipakai oleh MASYARAKAT INDONESIA lebih dari 3 generasi sebelumnya. Jadi bahannya sudah aman, hanya saja tidak ada pencatatan yang baik. :)

AYO JADIKAN JAMU SAINTIFIKASI SEBAGAI TUAN RUMAH DI INDONESIA, SEBAGAI TAMU TERHORMAT DI INTERNASIONAL

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More